Pengembangan Organisasi/PO (Organizational Development/OD) pada prinsipnya merupakan suatu
proses di mana pengetahuan, konsep-konsep, dan praktek-praktek yang berkaitan
dengan (perilaku) organisasi digunakan secara efektif untuk membantu organisasi
dalam mencapai tujuannya. Proses ini juga termasuk bagaimana meningkatkan
kualitas kinerja organisasi dan sekaligus meningkatkan produktivitas (anggota)
organisasi.
Pengembangan organisasi pada dasarnya berbeda
dengan berbagai upaya perubahan organisasi yang dilakukan secara terencana,
seperti upaya perubahan dengan melakukan pembelian peralatan baru, atau
merancang ulang sebuah desain, ataupun menyusun ulang suatu kurikulum sekolah,
atau suatu departemen pada suatu fakultas. Hal ini karena fokus kajian PO itu
terletak pada peningkatan kemampuan organisasi untuk dapat mengetahui dan
memecahkan berbagai masalah yang dihadapi organisasi itu sendiri.
Dengan demikian,
pengembangan organisasi pada kenyataannya berorientasi pada peningkatan atau
kemajuan (kinerja) sistem; di mana organisasi sebagai suatu sistem dengan
bagian-bagian yang terdapat di dalamnya, dapat mempengaruhi atau memberi dampak
(positif) dalam interaksinya dengan lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu
lingkungan di luar organisasi.
pengembangan
organisasi memang merujuk kepada konsep pengembangan yang prosesnya terjadi
secara perlahan dan memerlukan waktu yang (sangat) panjang. Jadi dapat,
dikatakan bersifat evolutif. Hal ini terjadi karena kegiatan pengembangan
organisasi itu sangat bervariasi dan menyangkut aspek-aspek organisasi. Sebagai contoh, misalnya dibentuknya suatu
tim pengembang atau tim evaluasi yang dipimpin oleh kalangan manajemen suatu
perusahaan dalam mengkaji kinerja organisasi perusahaan. Aspek lain, dapat juga
mengenai hal-hal yang menyangkut perubahan struktural di suatu kecamatan,
misalnya. Atau, dapat juga tentang peningkatan kualifikasi anggota suatu
organisasi melalui berbagai kursus, pelatihan, dan magang. Semua itu merupakan
aspek-aspek dari pengembangan organisasi.
Studi mengenai pengembangan organisasi juga
sebenarnya merupakan upaya untuk mengatasi berbagai isu yang timbul, atau
berbagai masalah yang muncul, termasuk masalah-masalah yang muncul sebagai
dampak dari berbagai perubahan yang dilakukan. Studi ini juga menyangkut
cara-cara yang digunakan di dalam melakukan perubahan organisasi, termasuk
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan perubahan
organisasi.
Meskipun banyak sekali
konsep-konsep mengenai pengembangan organisasi sekarang ini, yang mungkin akan
saling tumpang tindih, barangkali definisi yang dikemukakan oleh Cummings
(1996) akan membantu kita untuk dapat lebih memahami konsep pengembangan
organisasi. Menurut Cummings (1989), pengembangan organisasi adalah suatu
aplikasi konsep atau teori dengan menggunakan suatu sistem di mana
konsep-konsep ilmu pengetahuan digunakan untuk mengembangkan organisasi secara
terencana dan dengan menggunakan semua strategi yang dimiliki organisasi untuk
meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Selanjutnya, Cummings (1989) juga
menyatakan bahwa konsep (ilmu pengetahuan) di dalam pengembangan organisasi itu
pada dasarnya merupakan faktor-faktor yang membedakan pengembangan organisasi
dengan pendekatan lain dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja organisasi.
Faktor-faktor tersebut antara lain menyatakan bahwa:
1. pengembangan organisasi dapat diaplikasikan pada semua sistem, seperti
pada perusahaan, atau pada satu bidang usaha saja dari perusahaan yang memiliki
banyak bidang usaha. Ia juga dapat diterpkan pada satu bagian dari sebuah kelompok usaha. Hal
ini berbeda dengan berbagai pendekatan yang umumnya memfokuskan pada satu atau
sebagian kecil aspek saja dari sebuah sistem, seperti sistem informasi
manajemen/MIS (Management Information
SystemSIM) atau bagian konsultasi pegawai misalnya.
2. pengembangan organisasi juga didasarkan pada praktek-praktek dan ilmu
pengetahuan (mengenai perilaku) seperti kepemimpinan, dinamika kelompok, desain
pekerjaan, serta berkaitan juga dengan berbagai pendekatan yang sifatnya makro
seperti strategi organisasi, struktur organisasi, dan hubungan lingkungan
dengan organisasi. Jadi, pada kenyataannya, pengembangan organisasi berbeda
dengan pendekatan yang menekankan pada penerapan riset operasi (seperti pada
bidang keinsinyuran) yang memfokuskan pada hal-hal yang sifatnya
teknis/rasional dan mengabaikan aspek-aspek personal dan sosial (dari anggota
organisasi)
3. Meskipun pengembangan organisasi itu terfokus pada perubahan yang
direncanakan, namun sebenarnya pengembangan organisasi bukanlah sesuatu yang
sifatnya kaku (rigid), formal, yang
biasanya dikaitkan dengan perencanaan bisnis. Di sini, strategi pengembangan
organisasi cenderung lebih adaptif dalam hal perencanaan dan dalam hal
aplikasinya. Oleh karenanya, pengembangan organisasi bukanlah sekedar sebuah
rancang bangun (blue-print) belaka
yang menyangkut mengenai bagaimana agar sesuatu itu dapat dikerjakan. Jadi,,
pengembangan organisasi pada dasarnya melibatkan perencanaan mengenai bagaimana
mendiagnosa masalah-masalah yang dihadapi organisasi dan bagaimana memberikan
solusinya. Hanya saja, di dalam pengembangan organisasi, perencanaan semacam
itu sifatnya fleksibel dan mudah direvisi, diubah sesuai kebutuhan, berkaitan
dengan informasi baru yang berisi mengenai bagaimana program-program perubahan
dilaksanakan. Namun demikian, apabila, ini misalnya saja, yang menjadi pusat
perhatian itu adalah motivasi kerja para pegawai, mungkin berbagai program
pengayaan kerja (job enrichment programs)
boleh saja direncanakan untuk diterapkan atau dilaksanakan di awal-awal
kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat mengakses, mengidentifikasi dan
mengetahui motivasi-motivasi potensial dari para pekerja atas
pekerjaan-pekerjaan yang sudah ada. Selain itu, hal tersebut juga dapat
digunakan untuk merancang ulang pekerjaan-pekerjaan tersebut, tentu saja bila
diperlukan. Rancangan atau rancang ulang itu dapat saja dimodifikasi bila dari
hasil penilaian atau evaluasi ditemukan bahwa ternyata yang menjadi masalah
bukanlah mengenai perencanaannya, melainkan misalnya mengenai 'reward system', atau mengenai kehadiran
pegawai saja sehingga hal itulah yang dianggap penyebab motivasi para pegawai
merosot.
4. Pengembangan organisasi juga diawali dari implementasi program-program
perubahan untuk jangka panjang yang fokusnya menyangkut stabilisasi dan
pelembagaan perubahan di dalam organisasi. Contohnya, implementasi mengenai
program-program peningkatan kualifikasi pegawai dapat difokuskan pada bagaimana
cara-cara yang telah dilakukan para supervisor (pengawas/mandor) untuk dapat
memotivasi para pegawai atau pekerja agar mereka dapat melakukan kontrol secara
lebih ketat atas cara-cara kerja para pegawai itu. Setelah aspek pengawasan itu
berhasil, maka fokus berikutnya dapat saja mengenai faktor-faktor yang dapat
menjamin bahwa organisasi itu tetap dapat memberikan kebebasan kepada para
pengawas tau mandor itu untuk melakukan kontrol terhadap para pegawai/pekerja.
Jaminan ini termasuk juga memberikan hadiah (reward) bagi para mandor/pengawas itu bila mereka melakukan pekerjaannya
secara partisipatif.
5. Pengembangan organisasi sangat memperhatikan mengenai strategi,
struktur, dan proses perubahan. Program perubahan bertujuan untuk memodifikasi
strategi organisasi. Contohnya, program perubahan yang difokuskan pada
bagaimana organisasi itu berhubungan dengan lingkungan yang lebih luas;
bagaimana hubungan itu dapat dipelihara dan ditingkatkan. Hal ini juga termasuk
perubahan baik pada kelompok orang di dalam mengerjakan tugas-tugas (aspek struktur); juga dalam
metode-metode komunikasi dan cara-cara memecahkan masalah (aspek proses), yang kesemuanya diterapkan untuk mendukung perubahan
strategi secara keseluruhan. Sejalan
dengan tersebut, program-program pengembangan organisasi juga ditujukan untuk
membantu tim manajemen agar kinerjanya menjadi lebih efektif dalam memfokuskan
pada berbagai interaksi dan proses-proses pemecahan masalah di dalam kelompok.
Harapannya adalah bahwa dengan upaya tersebut kemampuan tim manajemen untuk
memecahkan masalah-masalah atau kendala-kendala yang muncul di dalam organisasi
dapat ditingkatkan secara optimal.
6. Pengembangan organisasi juga berorientasi untuk meningkatkan
efektivitas organisasi. Atas hal ini ada dua asumsi dasar yang dikemukakan, pertama, organisasi yang efektif
akan mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Jadi pengembangan
organisasi sebenarnya menolong (para) anggota organisasi untuk mendapatkan
kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah-masalah
dimaksud. Hal ini agak berbeda dengan bentuk-bentuk lain dari perubhan yang
direncanakan di mana seorang konsultan (yang disewa dari luar), misalnya,
selain akan secara langsung memecahkan masalah yang dihadapi organisasi, ia
juga akan merekomendasi solusi-solusi dari masalah-masalah yang dihadapi organisasi
di mana atas hal ini kemampuan (para) anggota untuk memecahkan masalah-masalah
yang muncul menjadi tidak terasah dengan baik. Kedua, organisasi yang efektif memiliki kualitas kerja dan
produktivitas yang sangat tinggi. Hal ini akan menarik minat sekaligus akan
memotivasi para pegawai untuk bekerja secara efektif. Tambahan lagi, organisasi
akan sangat responsif, akan lebih tanggap, atas berbagai kebutuhan dari
kelompok-kelompok eksternal (para pemegang saham, para pelanggan, para pemasok,
dan jawatan pemerintah) yang menyediakan berbagai kemudahan atau fasilitas
serta sumber daya bagi organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar